"Apabila Allah menolong kamu, tidak ada yang akan sanggup mengalahkan kamu dan menghinakan kamu. Maka siapakah yang akan menolongmu setelah pertolongan Allah??Dan kepada Allahlah orang yang beriman hendaknya bertawakal."
----------------------------------------------------------------------------------------

Rabu, 28 Mei 2008

IKHLAS

Bagaimana caranya supaya kita bisa ikhlas terhadap setiap ketentuanNya ? Sering sekali saya mendapat pertanyaan seperti itu. Ketika teman-teman saya mendapat masalah hampir selalu mereka menanyakan itu pada saya. Bahkan saat kami sudah tinggal di kota yang berlainan, salah seorang teman menyempatkan diri ke kota saya karena ingin sharing. Dan setiap kali ditanya, saya dengan fasih dan lancar mengucapkan berpuluh-puluh kalimat nasihat. Intinya sebagai orang yang beriman kita yakin seratus persen bahwa Alloh pasti menetapkan segala sesuatu yang terbaik untuk hamba-hambanya. Kalaupun menurut kita itu tidak mengenakan, atau tidak kita inginkan mungkin itu karena keterbatasan akal kita sebagai manusia. Tapi percaya deh akan ada hikmah dari setiap peristiwa. Atau dengan bahasa lain lagi " tugas kita sebagai seorang hamba hanyalah berikhtiar dan berdoa. Soal hasilnya serahkan pada Alloh, Yakin deh Alloh nggak mungkin keliru membagikan rezeki, nggak bakal ketuker. Kalau memang rezeki kita pasti nggak bakal kemana. Sebaliknya kalau itu bukan rezeki kita lha mbok ditangisi sampai keluar air mata darah ya nggak bakalan dapet. Alloh tahu yang terbaik bagi hamba-hambanya."

Pernah juga dulu saat semangat-semangatnya cari kerja, tinggal satu tahap lagi eh gagal. Padahal aku sangat berharap itu menjadi rezekiku. Tapi toh saat pengumuman aku enteng saja menanggapinya. Maklum pikiran lagi jernih. Sewaktu temanku nanya, "mba kok nggak sedih sih tidak diterima? PAdahal kemarin sepertinya mba begitu ngebet ingin pekerjaan itu." Aku menjawab santai, " kenapa harus sedih saat kita mendapat yang terbaik? Kita yakin kan kalau Alloh selalu menentukan yang terbaik bagi kita? Ya so what gitu lho?"
Itu dulu. Waktu itu saya lagi berpikir jernih, dan punya orang-orang membimbing saya untuk selalu mensyukuri setiap nikmatNya. Tetapi yang namanya manusia keimanannya selalu naik turun. KAdang iman tebal kadang juga menipis.
Seminggu yang lalu ceritanya sudah lain. Walaupun stimulusnya sama, sama-sama belum mendapatkan sesuatu yang sangat dibutuhkan. Setidaknya dari kacamata manusia yang serba terbatas seperti saya.
Waktu itu saya merasa sangat sangat kehilangan. Padahal sesuatu itu belum di tangan, berarti belum jadi milik saya sebenarnya. Mungkin karena sebelumnya harapan saya yang terlalu besar pada sesuatu, bukan pada Alloh. Saat sesuatu itu tidak jadi dititipkan pada saya, masyaalloh...saya jadi sedih, bed mood, tidak semangat beraktivitas. Pinginnya tidur dan tidur saja. Sampai dua hari dua malam saya dalam kondisi seperti itu. HAri ketiga Alloh mengingatkan saya dengan cara yang Subhanalloh..begitu lembut tapi mengena sekali. Siang itu ada seorang teman yang silaturahim ke rumah. Kebiasaan dia selalu curhat dan meminta pendapat tentang masalah yang sedang dihadapinya. Masalahnya dia hampir sama dengan apa yang saya rasakan. Sama-sama berharap tapi apa yang diharapkan itu sepertinya bakalan lepas dari genggaman. Seperti biasanya saya pun mengeluarkan jurus-jurus kata bijak yang entah sudah berapa kali keluar dari bibir ini. Rupanya resep yang saya sampaikan itu pun begitu mengena bagi teman tersebut. Subhanalloh saya sempat terheran-heran saat dia pulang dengan wajah yang cerah dan senyum mengembang.
Setelah dia pulang saya terus memikirkan sebenarnya tadi saya bilang apa sama dia. Dan hati ini begitu tertohok dengan kata-kata saya sendiri. IKHLAS...Itu inti dari penyelesaian setiap masalah. Itu pula yang saya sarankan pada setiap teman yang mengadukan masalahnya sama saya. Tapi mengapa saat saya sendiri mengalami masalah yang sama, saya tidak mampu menasehati diri saya sendiri? Mengapa konsep ikhlas itu tidak mampu saya terapkan pada diri sendiri ?? Astaghfirullohal'adhim....Saya baru tersadar betapa terbatasnya diri ini. Meski kita fasih mengingatkan orang lain, terkadang diri ini juga butuh orang lain untuk mengingatkan.
Sejak itu saya perasaan saya menjadi lebih ringan. Tidak lagi sedih dan bed mood seperti sebelumnya. Saya tersadar bahwa Alloh selalu metetapkan yang terbaik untuk hamba-hambanya, kalau kita mendapat yang terbaik-meski tidak sesuai harapan-mengapa harus sedih? Kewajiban seorang hamba adalah ikhtiar dan doa, selebihnya bukan tugas kita menentukan hasilnya. Alhamdulillah...terimakasih atas semuanya Robb. Engkau mengingatkan saya dengan cara yang begitu ma'ruf.
" Sungguh indah urusan orang yang beriman. Jika mendapat musibah ia bersabar, dan sabar itu adalah baik baginya. Jika mendapat nikmat, dia bersyukur dan syukur itu juga baik baginya."
Wallohua'lam

Minggu, 25 Mei 2008

MEMULAI KEBANGKITAN MELALUI KAUM INTELEKTUAL


PERANAN INTELEKTUAL : BELAJAR DARI SEJARAH
Intelektual adalah orang yang menggunakan akalnya bekerja, belajar, membayangkan, mengagas, atau menyoal dan menjawab persoalan tentang berbagai-bagai pemikiran. Menurut Sahibul Hikayat, yang dimaksud dengan kaum intelektual adalah kaum yang menempatkan nalar (pertimbangan akal) sebagai kemampuan pertama yang diutamakan, yang melihat tujuan akhir upaya manusia dalam memahami kebenarannya dengan penalarannya.
Pentingnya keberadaan kaum intelektual di tengah-tengah masyarakat adalah sebuah pernyataan yang tidak dapat di tolak. Telah digariskan oleh sejarah, bahwa setiap proses kebangkitan peradaban pasti diawali dengan kebangkitan intelektual. Kita dapat melihat fenomena tersebut dalam tiga sejarah kebangkitan besar, yaitu kebangkitan Islam, Kebangkitan Eropa, dan Kebangkitan Sosialis-Komunis.

¨ Kebangkitan Islam
Kebangkitan Islam sebagai sebuah kebangkitan intelektual adalah hal mutlak. Muhammad SAW sebagai aktor intelektual dalam kebangkitan Islam telah mampu membawa masyarakat arab dari masa jahiliyah menuju masa pencerahan. Pemikiran-pemikiran Islam sebagai sebuah wahyu selalu diberikan Muhammad SAW kepada pengikut-pengikut awalnya supaya disebarkan kepada masyarakat lainnya. Sehingga muncullah sebuah kelompok intelektual yaitu para sahabat Muhammad SAW ditengah-tengah komunitas quraisy yang masih bodoh waktu itu. Dengan kesabaran pengajaran dari Muhammad SAW dan para sahabatnya, akhirnya dunia Arab mampu menjadi sebuah peradaban maju yang kecemerlangan peradabannya mampu pula menerangi seluruh pelosok dunia.
Kita tentu mengenal istilah Khilafah Islamiyah yang pernah membentang dari Spanyol hingga Indonesia, yang mensejahterakan manusia lebih dari sepertiga dunia. Peradaban Islam yang luar biasa tersebut ternyata merupakan akumulatif sejarah dari kebangkitan Islam semenjak zaman Muhammad SAW hingga zaman kekhalifahan Islam terakhir, yaitu Khilafah Utsmaniyah. Dan Intelektual adalah pemeran penting dalam kebangkitan Islam yang luar biasa tersebut.

¨ Kebangkitan Eropa
Kebangkitan besar kedua yang harus kita perhatikan adalah kebangkitan dunia eropa. Eropa dilanda zaman kegelapan sebelum tiba Zaman Pembaharuan. Maksud “Zaman kegelapan” adalah zaman masyarakat Eropa menghadapi kemunduran intelektual dan kemandegan ilmu pengetahuan. Menurut Ensikopedia Amerika, tempo zaman ini selama 600 tahun, dan bermula antara zaman kejatuhan Kerajaan Romawi dan berakhir dengan kebangkitan intelektual pada abad ke-15 Masehi.
Zaman kegelapan terjadi disebabkan tindakan dan cengkaman kuat pihak gereja kristen yang sangat berpengaruh. Gereja serta para pendeta mengawasi pemikiran masyarakat serta politik. Mereka berpendapat hanya gereja saja yang berhak untuk menentukan kehidupan, pemikiran, politik dan ilmu pengetahuan. Akibatnya kaum cendekiawan yang terdiri dari ahli-ahli sains dan pemikiran merasa mereka ditekan dan diawasi dengan ketat. Pemikiran mereka ditolak.
Siapapun yang mengeluarkan teori yang bertentangan dengan pandangan gereja akan ditangkap dan disiksa bahkan dibunuh. Dalam politik, gereja sering bersaing dengan penguasa kerajaan. Biasanya apa yang berlaku di Eropa pada abad pertengahan itu adalah kekuasaan gereja lebih kuat dan kadang terjadi kerjasama, Thomas Aquinas (1274 M) seorang ahli filsafat zaman tersebut mengeluarkan teori “negara wajib tunduk kepada kehendak gereja”. Diceritakan oleh sejarah, golongan cendekiawan sentiasa memberontak terhadap pengawasan gereja tersebut.
Pada abad ke 12, pergerakan intelektual telah mulai berjalan. Kaum intelektual Eropa mulai bersikap lebih berminat untuk tahu dan lebih bersemangat terhadap kebudayaan bangsa Timur yang telah lama maju. Dan Timur yang dimaksudkan itu adalah dunia Islam (Timur Tengah). Beberapa kota besar di Timur Tengah telah menjadi kata ilmu pengetahuan seperti Iskandariah, Harran, Antiok dan Baghdad. Diskusi intelektual yang melibatkan topik besar seperti filsafat, ilmu pengobatan, astronomi, akhlak, politik, sains dan lainnya dibahas secara terbuka dan ilmiah. Memang saat dunia Islam sudah menikmati kemajuan dan peradaban yang tinggi, Eropa masih diselimuti kegelapan dan kemunduran.
Kawasan Islam yang dekat dengan Eropa adalah Spanyol. Di Spanyol perkembangan intelektual dan keilmuan juga berlaku dengan pesat. Philip K Hitti dalam bukunya The Arabs: A Short History menyampaikan : “Kaum Muslimin Spanyol mengarang bab-bab yang gemilang dalam sejarah intelektual pada Zaman Pertengahan Eropa. Di antara pertengahan abad ke-8 H dan permulaan abad ke-13 M, orang Islam merupakan pemimpin utama dalam budaya dan peradaban di seluruh dunia. Kedua bidang ini merupakan perantara untuk memulihkan, menambah dan menyebarnya sains dan pemikiran yang memungkinkan pembaharuan di Eropa Barat.” (174-175 H). Sehingga, setelah mulai terbukanya pemikiran-pemikiran kaum intelektual Eropa, maka terjadilah perubahan besar dalam peradaban Eropa. Zaman kegelapan tersebut telah beralih menjadi Zaman kebangkitan bagi bangsa Eropa. Peristiwa-peristiwa besar mulai bermunculan, mulai dari revolusi perancis hingga revolusi Industri di Inggris. Kebangkitan intelektual telah menjadi pendorong bangkitnya bangsa Eropa dari keterbelakangan. Walaupun akhirnya salah satu sisi kontroversial tetap harus mereka ketengahkan yaitu pemisahan antara agama dengan kehidupan (sekulerisme).

¨ Kebangkitan Sosialis Komunis
Kebangkitan ketiga yang dapat kita perhatikan sebagai wujud dari peran intelektual dalam mendasari sebuah perubahan besar adalah kebangkitan sosialis komunis. Kita tentu tidak dapat melepaskan kebangkitan tersebut dari peran para pemikir-pemikir awal kaum sosialis, seperti Karl Marx, Engel, Fuerbach, dan Lenin.
Pemikiran-pemikiran sosialis yang terlahir dari tokoh-tokoh tersebutlah yang akhirnya diusung oleh kaum sosialis terutama di Rusia dan Eropa Timur untuk bergerak dan mengusung perjuangan untuk lepas dari peradaban kapitalisme yang menindas kaum proletar.
Sehingga terbukti sudah bahwa kebangkitan tidak akan pernah dapat dilepaskan dari peranan Intelektualitas dan Kaum Intelektual.

KEBANGKITAN YANG BENAR : SEPERTI APA SICH ??
Bila kita lihat dari paparan sejarah di atas, ternyata masing-masing kebangkitan berawal dari bangkitnya intelektualitas atau pemikiran bangsa tersebut. Karena bagaimanapun pemikiran adalah dasar yang akan menentukan perilaku atau tindakan seseorang. Dalam pembahasan kebangkitan pemikiran atau intelektualitas sebagai dasar dari kebangkitan adalah ideologi (mabda) yang dianut dan diemban oleh bangsa tersebut.
Sebagian besar pemikir, filosof dan sejarawan barat hanya berhenti pada batas pembahasan kebangkitan, sebab-sebab dan penafsirannya. Sedangkan kita sebagai seorang muslim haruslah berfikir lebih mendalam ketika membedah mengenai kebangkitan, apakah kebangkitan tersebut benar dan sesuai dengan aturan Allah ataukah kebangkitan tersebut adalah kebangkitan semu yang hanya bersifat sementara dan tidak membawa rahmat bagi umat manusia pada umumnya dan umat Islam pada khususnya.
Sejarah hanya memberikan beberapa contoh kebangkitan kepada kita, sementara setiap kebangkitan dalam sejarah tersebut tentu memiliki perbedaan yang khas dan mendasar sesuai dengan asas yang menjadi dasar dari masing-masing kebangkitan. Kebangkitan yang benar adalah kebangkitan yang akan mengantarkan kepada kebahagiaan umat manusia atau ketentraman mereka secara permanen. Dengan kata lain, kebangkitan itu bisa dibedakan menjadi dua macam yaitu kebangkitan yang benar dan kebangkitan yang rusak. Dan tentu saja sebagai makhluk Alloh yang memiliki akal sudah seharusnya kita memilih kebangkitan yang benar dari berbagai opsi kebangkitan yang ada.
Benar tidaknya sebuah kebangkitan sangat tergantung kepada intelektual atau pemikiran yang mendasari kebangkitan-atau yang kita sebut sebagai ideology. Dengan kata lain ideology yang benar akan membawa kebangkitan yang benar, sebaliknya ideology yang salah sampai kapanpun tidak akan membawa kebangkitan yang benar. Untuk itu dalam menentukan kebangkitan mana yang benar tidak boleh tidak harus kita bahas aspek kebenaran ideology yang mendasari kebangkitan.
Ideology yang benar adalah ideology yang dibangun dengan asas akidah yang benar, yaitu akidah yang memuaskan akal dan bersesuaian dengan fitrah manusi, sehingga dapat menentramkan manusia yang mengembannya. Ideology seperti ini benar-benar mampu memberikan jawaban dan pemikiran yang benar mengenai alam semesta, manusia dan kehidupan. Ideology ini berpotensi untuk diterapkan kapanpun dan dimanapun.
Sebaliknya ideology yang salah dengan landasan akidah yang salah tidak memiliki potensi untuk diterapkan kecuali dengan modifikasi atau tambal sulam. Hal ini dapat kita lihat pada ideology kapitalis, yang saat ini diterapkan di berbagai negeri di penjuru dunia. Berbagai kebijakan yang diambil adalah kebijakan yang terbukti tidak mampu menjadi solusi. Misalnya untuk bidang kesehatan sendiri, kebijakan mengenai askeskin hanyalah upaya tambal sulam karena ketidakmampuan ideology kapitalis dan ketidakmauan negara untuk mengurusi urusan kesehatan rakyatnya. Hal ini karena ideology ini muncul dari akidah yang salah yaitu memisahkan agama dari kehidupan. Dalam pandangan kapitalis sekuler, mereka mengakui adanya pencipta tetapi tidak mau diatur oleh aturan Sang Pencipta.
Adapun ideology sosialis komunis telah berhasil pada masa lalu telah berhasil mewujudkan kebangkitan namun, tidak dapat bertahan lebih dari beberapa puluh tahun saja akibat semakin merajalelanya kerusakan yang ditimbulkannya. Penyebabnya adalah karena akidah yang mendasari ideology ini bertentangan dengan fitrah manusia dan akalnya, yaitu menafikan keberadaan Allah SWT. Padahal fitrah manusia secara alami mendorong untuk menghamba kepada Sang Pencipta. Demikian juga akal memastikan bahwa alam semesta, manusia dan kehidupan seluruhnya adalah makhluk bagi Sang Pencipta.
Lain lagi dengan Islam. Islam adalah ideology yang memuaskan akal dan sesuai dengan fitrah manusia. Akidahnya berasal dari Allah SWT, memberikan pemikiran yang menyeluruh dan benar mengenai alam semesta, manusia dan kehidupan. , serta hubungannya dengan sebelum penciptaan. Selain itu juga menentukan bahwa kita harus terikat dengan aturan Sang Pencipta. Atau dengan kata lain mengakui adanya Al Kholik Al Mudabbir. Akidah ini juga merupakan akidah ruhiyah sehingga tidak ada pertentangan dalam Islam antara materi, ruh atau aspek ruhiyah.
Dari pembahasan tersebut jelas bagi kita bahwa ketiga kebangkitan yang terpapar dalam sejarah adalah tiga kebangkitan yang sangat jelas perbeadaannya, karena didasari oleh ideology yang sangat berbeda dari dasarnya (akidahnya). Kebangkitan eropa dan sosialis adalah kebangkitan yang rusak karena didasari oleh ideology yang rusak.


KAMPUS : BASIS INTELEKTUALITAS UMAT
Kebangkitan tidak akan pernah dapat dilepaskan dari peranan Intelektualitas dan Kaum Intelektual. Kebangkitan tanpa intelektualitas tidak akan berarti apa-apa dan bahkan tidak akan pernah terjadi. Kampus adalah basis intelektual umat, dimanapun dan pada jaman manapun. Di Indonesia sendiri arah laju kebijakan negara sangat ditentukan oleh gerak dan pemikiran yang berasal dari kampus. Disini kampus adalah motor dari setiap perubahan yang terjadi. Dari pentas sejarah di Indonesia sendiri perubahan dari orde penjajahan ke orde lama tidak luput dari peran kaum terpelajar dan generasi muda, dari orde lama ke orde baru juga diprakarsai oleh kaum pemuda yang terpelajar, sedangkan tumbangnya orde baru digantikan oleh orde reformasi juga dimotori oleh dunia kampus sebagai basis dari kaum intelektual. Dan Insyaalloh dunia kampus juga punya peran besar dalam kebangkitan dari orde reformasi menuju orde Khilafah (amien).
Maka beruntunglah mahasiswa berada dalam sebuah fase intelektualitas yang menuju puncak dalam hidup. Ini berarti mahasiswa berada dalam sebuah potensi yang terbesar untuk melakukan kebangkitan atas nama intelektualitas. Namun sayangnya, kebangkitan yang diusung mahasiswa sekarang banyak yang dikebiri. Peran mahasiswa saat ini hanya dijadikan sebagai alat politik atau sekedar eksekutor jalanan. Kebangkitan yang berlandaskan intelektual harus kembali diusung mahasiswa jika menginginkan apa yang diperjuangkan berhasil dan mampu membawa kebangkitan yang sesungguhnya. Kebangkitan disini tentu saja adalah kebangkitan yang benar sesuai yang dituntunkan oleh Rosululloh SAW, yaitu kebangkitan yang didasarkan pada pemikiran / ideology yang benar yaitu ideology Islam.

RUJUKAN
1. Majalah “The Campus” edisi Mei 2007 artikel “Intelektual Sebagai Landasan Kebangkitan”
2. Al-Qashash, Ahmad. 2004. Dasar-dasar Kebangkitan: Kajian Ideologis Merekonstruksi Umat Menuju Kebangkitannya. Bogor: Pustaka Thariqul Izzah
3. An-Nabhani, Taqiyuddin. 1965. Peraturan Hidup Dalam Islam. Bogor: Pustaka Thariqul Izzah